Statemen ini mengemuka di saat Perdana Menteri Noudi al-Maliki beberapa waktu lalu dalam sebuah pidatonya secara transparan menuding Arab Saudi dan Qatar mengintervensi urusan internal negaranya. Perdana Menteri Irak menandaskan, "Kedua negara ini dengan mendukung para pemimpin teroris dan al-Qaeda ingin merusak kedaulatan dan persatuan nasional Irak."
Maliki terang-terangan menjelaskan bahwa akar dari radikalisme di kawasan dan negara-negara seperti Pakistan, Afghanistan, India dan negara-negara Arab bersumber dari Arab Saudi. Perdana Menteri Irak ini meyakini Arab Saudi bukan saja memiliki permusuhan terhadap Syiah, namun juga memusuhi seluruh mazhab Islam lainnya.
Mencermati kinerja Arab Saudi selama beberapa tahun terakhir dengan jelas dapat disaksikan poin ini bahwa Riyadh terlibat dalam berbagai krisis terakhir di kawasan. Dukungan negara ini terhadap kelompok teroris selama tiga tahun ini telah memaksakan krisis serius dan merusak di Suriah. Di Irak sendiri, kelompok teroris al-Qaeda dan Daulah Islamiyah fi Iraq wa Syam (DIIS) mendapat dukungan finansial dan senjata dari Riyadh.
Sejumlah pangeran Arab Saudi bahkan terlibat langsung dalam berbagai operasi teroris dan kejahatan di sejumlah negara seperti di Suriah, Irak dan Lebanon. Para pangeran Arab Saudi ini tercatat memiliki hubungan langsung dan berkesinambungan dengan pemimpin kelompok teroris yang merajalela di kawasan dan membantai warga sipil yang tak berdosa di sejumlah negara Arab.
Poin lain yang patut dicermati adalah sejumlah tokoh yang berkedok ulama dan berafiliasi dengan petinggi Wahabi di Arab Saudi turut andil menebarkan radikalisme dengan fatwa pengkafiran mazhab lain yang mereka sebarkan. Mereka ini dengan sendirinya juga terlibat dalam berbagai aksi kekerasan terorisme kelompok Salafi. Sejatinya kelompok teroris yang aktif di negara-negara kawasan menjustifikasi kejahatannya dengan bersandar pada fatwa-fatwa seperti ini.
Saat ini, kelompok teroris DIIS dan al-Qaeda telah melakukan kejahatan yang besar di Irak. Aksi perusakan rumah warga di kawasan Irak barat, operasi teror di kawasan padat penduduk serta aksi peledakan bom beruntun termasuk pergerakan kelompok teroris di bawah instruksi Arab Saudi. Aksi ini semakin meningkat seiring dengan kian dekatnya penyelenggaraan pemilu parlemen di Irak.
Tak diragukan lagi bahwa tujuan utama kelompok teroris yang mengobarkan kerusuhan dan kejahatan di Irak adalah merusak pemerintahan Baghdad dan menyudutkan pemerintahan negara ini.
Arab Saudi yang tidak puas dengan herarki kekuasan di Irak dan ketakutan munculnya negara Irak yang aman serta stabil, cenderung menjebloskan Baghdad ke dalam lumpur kesulitan. Untuk saat ini, Arab Saudi mulai mendekati sejumlah kelompok Sunni dan kubu anti Maliki, berupaya memanfaatkan isu ini untuk menekan Maliki dan koalisinya. Arab Saudi menghendaki susunan pemerintahan di Irak serupa dengan negara-negara Arab lainnya.
Di periode pemilu parlemen Irak yang lalu, petinggi Riyadh juga gencar menggelar kampanye dan propaganda yang menguntungkan Iyad Allawi. Namun upaya mereka tidak bergitu berhasil dan Allawi gagal menyusun kabinet yang diinginkan oleh Riyadh. Untuk pemilu parlemen kali ini, Arab Saudi juga tidak tinggal diam dan gencar melancarkan sabotase serta langkah provokatif dalam proses politik Baghdad. Langkah tersebut menunjukkan permusuhan nyata Arab Saudi terhadap Irak dan kubu yang menduduki kursi perdana menteri di Baghdad selama delapan tahun. (IRIB Indonesia/MF/RM)
sumber: IRIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar